Kegiatan
Pembelajaran :
Sebelum
pembelajaran dimulai guru harus merumuskan masalah yang akan dipaparkan kepada
siswa sehingga tidak menimbulkan salah tafsir. Guru hendaknya juga menyiapkan
mental anak terlebih dahulu misalnya dengan menyuruh siswa untuk merapikan
tempat duduk masing-masing agar dapat berkonsentrasi penuh dengan materi yang
akan diajarkan. Setelah siswa siap untuk menerima materi, guru mengawali penyampaian
materi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa berapa hasil dari nilai 52.
Siswa pertama menjawab hasil 52 adalah 25 karena 52 = 5 x
5 dan guru membenarkan jawaban itu. Selanjutnya guru kembali bertanya bagaimana
dengan hasil (52)3 dan bentuk sederhananya. Siswa kedua mencoba
menjawabnya, bahwa (52)3 = (52)(52)(52).
Agar semua siswa dapat memahami pendapat siswa tersebut, guru memintanya untuk
menjelaskan alasan dari jawabannya. Kemudian secara aktif siswa itu menjelaskan
bahwa dari 52 = 5 x 5 jadi dari bentuk 52, 5-nya ada dua
dan dengan cara yang sama dapat disimpulkan bahwa (52)3 =
(52)(52)(52) jadi (52) ada 3.
Guru
memberi kesempatan siswa lain untuk dapat menyampaikan pendapatnya dari bentuk
(52)3. Siswa ketiga memiliki pendapat lain bahwa (52)3
= 56, karena (52)3 = (5 x 5)x(5 x 5)x(5 x 5) =
56. Guru membenarkan jawaban siswa ketiga dan menuliskannya di papan
tulis. Guru tersebut menyuruh para siswa mengamati hasil yang ada di papan
tulis dan menyimpulkan apa yang menarik dari jawaban itu. Dan salah seorang
siswa menyimpulkan bahwa pangkat dari bentuk (52)3
seperti dikalikan. Guru kembali memberikan pertanyaan berapakah hasil dari (52)10
untuk membuktikan kesimpulan tersebut. Dan siswa keempat memberikan jawaban (52)10
= 520 , karena (52)10 = (5 x 5)x(5 x 5)x(5 x
5) (5 x 5)x(5 x 5)x(5 x 5) (5 x 5)x(5 x 5)x(5 x 5) (5 x 5) = 520. Kemudian
guru mencoba memberikan bentuk lain (am)n dan menyuruh
siswa untuk menentukan hasilnya. Secara serentak semua siswa menjawab bahwa (am)n
= (amxn), sehingga siswa dapat menemukan sendiri konsep dari pangkat
tak sebenarnya yang telah dipelajari. Dalam belajar pangkat tak sebenarnya diperlukan
penguasaan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya yaitu perkalian,
sehingga siswa tidak akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal
pangkat tak sebenarnya.
Dari
penjelasan diatas dapat dieketahui bahwa pembelajaran matematika dengan
pendekatan konstruktivisme, guru mengajak siswa untuk mengemukakan pendapat,
mencari solusi atau jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru sehingga
siswa diharapkan dapat mengaplikasikan dan mengkonstruksi sendiri tentang
konsep pangkat tak sebenarnya (am)n = (amxn). Penggunaan
pertanyaan yang tepat akan membantu siswa untuk menemukan pengetahuan baru {(am)n
= (amxn)} berdasar pada pengetahuan lama yang dipunyainya ( dalam
pembelajaran di atas adalah perkalian). Hal-hal yang harus dilakukan oleh guru
agar dapat mengajarkan matematika dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme
adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah
matematika dengan caranya sendiri dengan kemampuan yang dimiliki dalam
pikirannya. Keuntungan belajar matematika dengan pendekatan konstruktivisme
adalah siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri sehingga siswa tidak mudah
lupa dengan pengetahuannya, siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena
setiap siswa ada nilai atas usahanya, dan melatih siswa untuk terbiasa berpikir
serta mengemukakan pendapat. Sedangkan kelemahannya adalah siswa sudah terbiasa
diberi informasi terlebih dahulu maka siswa masih kesulitan dalam menemukan
jawabannya sendiri, membutuhkan waktu yang lama terutama bagi siswa yang lemah
pemikirannya.
0 Response to "Pembelajaran Matematika Dengan Teori Belajar Konstruktivisme (Artikel)"
Posting Komentar