Sanad dan matan merupakan dua unsur pokok hadits
yang harus ada pada setiap hadits, antara keduanya memiliki kaitan yang sangat
erat dan tidak dapat dipisakan. Suatu berita tentang rasulullah SAW (matan)
tanpa ditemukan rangkaian atau susunan sanadnya, yang demikian tidak dapat
disebutkan hadits, sebaliknya suatu susunan sanad, meskipun bersambung sampai
rasul, jika tidak ada berita yang dibawanya, juga tidak bisa disebut hadits.
Pembicaran dua istilah diatas, sebagai dua unsur pokok hadits, matan dan sanad
diperlukan setelah rasul wafat. Hal ini karna berkaitan dengan perlunya
penelitian terhadap otentisitas isi berita itu sendiri apakah benar sumbernya
dari rasul atau bukan. Upaya ini akan menentukan bagaimana kualitas hadits
tersebut, yang akan dijadikan dasar dalam penetapan syari’at islam. Dan untuk
mengetahui lebih mendalam tentang apa itu unsur-unsur hadits dan kaitan lainya
yang berhubungan dengan unsur-unsur hadits seperti rawi, mukharijj dan sebagian
lainnya perlu kita pelajari.
Saya berkeinginan untuk membahas segala yang
berkaitan dengan unsur-unsur hadits, baik itu sanad, matan, rawi, mukharrij dan
istilah-istilah kumpulan periwayat, gelar keahlian bagi imam hadits.
1. Sanad
Sanad menurut bahasa berarti sandaran,yang dapat dipercayai atau dibuktikan. Sedangkan menurut istilah, yakni jalan yang dapat menghubungkan matan hadits kepada Nabi Muhammad saw, misalkan hadits yang diwirayatkan oleh bukhori berikut.
ļŗ¤ļŗŖļŗ·ļ»Øļŗ
ļ»¤ļŗ¤ļ»£ļŗŖ ļ»Øļ»¦ļŗļ» ļ»£ļŗ·ļ»¦ ļ»ļŗļ»: ļŗ¤ļŗŖļ»ļŗļŗŖļŗļ»ļ»® ļ»«ļŗļŗ ļŗļ»ļŗøļ»ļ»ļ»Æļ»ļŗļ»: ļŗ¤ļŗŖļŗļ»Øļŗ ļŗļ»“ļ»®ļŗ ļ»ļ»¦ ļŗļŗļ»Æ ļ»ļŗļ»¼ļŗļŗ ļ»ļ»¦ļŗļ»Øļŗ²ļ»ļ»¦
ļŗļ» ļ»Øļŗļ»Æ ļŗ¼ļ» ļ»ļ»¢:(ļŗļ»¼ļŗļ»¤ļ»¦ ļ®ļ»¦ļ»ļÆæļ®« ļ»®ļŗ ļŗŖļŗ¤ļ»¼ļ»®ļŗ ļŗļ»¹ ļÆæļ»¤ļŗļ»¦: ļŗļ»¦ļÆæļ®ļ»®ļŗ ļŗļ·² ļ»®ļŗ ļŗ“ļ»®ļ» ļ®«ļŗ ļŗ¤ļŗ ļŗļ» ļÆæļ®« ļ»¤ļ»£ļŗļŗ“ļ»®
ļ®¬ļ»¤ļŗ;%ļ»® ļŗļ»¦ļ»“ļŗ¤ļŗ ļŗļ»ļŗ®ļŗļ»»ļ·²;ļ»® ļŗļ»¦ ļ»“ļ®ļ»ļŗ®ļ®¦ ļŗļ»¦ļ»“ļ»ļ»® ļŗŖļ»ļ»° ļŗļ»ļ®ļ»ļŗ® ļ®ļ»¤ļŗ ļ»“ļ®ļŗ®ļ®¦ ļŗļ»¦ ļ»“ļ»ļŗ¬ļ» ļ»ļ»°ļŗļ»ļ»Øļŗļŗ®)
ļŗ®ļ»®ļŗļŗļ»ļŗļŗØļŗ¤ļŗļŗ®ļ»Æ
“telah memberitahukan kepadaku Muhammad bin al-musannah,ujarnya:’abdul-wahhab as-saqafi telah menyebarkan kepada ku, ujarnya:’telah bercerita kepadaku ayyub atas pemberitahuan abi kilabah dari anas dari Nabi Muhammad saw, sabdanya:’tiga perkara, yang barangsiapa mengamalkannya niscaya memperoleh kelezatan iman’. Yakni:1) Allah dan rasulnya hendaknya lebih dicintai daripada selainnya. 2)kecintaannya kepada seseorang, tak lain karena Allah semata-mata dan 3) keenggananmya kembali kepada kekufuran, seperti keengganannya dicampakkan ke neraka’.”
Kata sanad atau as-sanad menurut bahasa, dari
sanada, yasnudu yang berati mutamad (sandaran/tempat bersandar, tempat
berpegang, yang dipercaya atau yang sah). Dikatakan demikian karena, karena hadits
itu bersandar kepadanya dan dipegangi atas kebenaranya.
Secara temionologis,difinisi sanad iyalah : ” silsilah orang-orang yang mehubungkan kepada matan hadis”.
Silsilah orang maksudnya, ialah susunan atau rangkaian orang-orang yang meyampaikan materi hadis tersebut, sejak yang disebut pertama sampai kepada Rasul SAW, yang perbuatan, perkataan, taqrir, dan lainya merupakan materi atau matan hadits. Dengan pegertian diatas maka sebutan sanad hanya berlaku pada serangkaian orang-orang bukan dilihat dari sudut pribadi secara perorangan.
Secara temionologis,difinisi sanad iyalah : ” silsilah orang-orang yang mehubungkan kepada matan hadis”.
Silsilah orang maksudnya, ialah susunan atau rangkaian orang-orang yang meyampaikan materi hadis tersebut, sejak yang disebut pertama sampai kepada Rasul SAW, yang perbuatan, perkataan, taqrir, dan lainya merupakan materi atau matan hadits. Dengan pegertian diatas maka sebutan sanad hanya berlaku pada serangkaian orang-orang bukan dilihat dari sudut pribadi secara perorangan.
Dari segi bahasa,matan berarti membelah, mengeluarkan.
Sedangkan matan menurut istilah ilmu hadis, yaitu sebagai berikut.
ļ»¤ļŗ
ļŗļ»Øļŗļ®ļ»° ļŗļ»ļ»“ļ»Ŗ ļŗļ»ļŗ“ļ»ØļŗŖ ļ»¤ļ»„ ļŗļ»ļ®ļ»ļ»¢ ļ»ļ®ļ»® ļ»Øļ»ļŗ² ļŗļ»ļŗ¤ļŗŖļ»“ļŗ ļŗļ»ļŗ¬ļ»± ļŗ¬ļ®ļŗ® ļŗļ»» ļŗļŗ“ļ»ØļŗļŗŖļ»ļ»Ŗ
“perkataan yang disebut pada
akhir sanad, yakni sabda nabi saw yang disebut sesudah habis disebutkan
sanadnya.”Contoh:
‘dari Muhammad yang diterima dari abu salamah yang diterima dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullahsaw bersabda :” saandainya tidak akan memberatkan terhadap umatmu, niscaya aku suruh mereka untuk bersiwak (menggosok gigi) niscaya aku melakukan shalat.”(HR. Turmuzi).
Kata matan atau al-matan menurut bahasa berarti
ma shaluba wa irtafa’amin al-aradhi(tanah yang meninggi). Secara temonologis,
istilah matan memiliki beberapa difinisi, yang mana maknanya sama yaitu materi
atau lafazh hadits itu sendiri. Pada salah satu definisi yang sangat sederhana
misalnya, disebutkan bahwa matan ialah ujung atau tujuan sanad. Dari definisi
diatas memberi pengertian bahwa apa yang tertulis setelah (penulisan) silsilah
sanad adalah matan hadits.
Pada definisi lain seperti yang dikatakan ath-thibi mendifinisikan dengan: "lafazh-lafazh hadits yang didalamnya megandung makna makna tertentu”.
Jadi dari pegertian diatas semua, dapat kita simpulkan bahwa yang disebut matan ialah materi atau lafazh hadits itu sendiri, yang penulisannya ditempatkan setelah sanad dan sebelum rawi.
Pada definisi lain seperti yang dikatakan ath-thibi mendifinisikan dengan: "lafazh-lafazh hadits yang didalamnya megandung makna makna tertentu”.
Jadi dari pegertian diatas semua, dapat kita simpulkan bahwa yang disebut matan ialah materi atau lafazh hadits itu sendiri, yang penulisannya ditempatkan setelah sanad dan sebelum rawi.
Penelitian sanad dan matan hadits
Penelitian terhadap sanad dan matan hadis
(sebagai dua unsur pokok hadis) sangat diperlukan,bukan karena hadis itu
diragukan otentisitasnya.penelitian ini dilakukan untuk meyaring unsur-unsur
luar yang masuk kedalam hadis baik yang disegaja maupun yang tidak disegaja,
baik yang sesuai dengan dalil-dalil naqli lainya atau tidak sesuai.maka dengan
penelitian terhadap kedua unsur hadis diatas, hadis-hadis masa rasul SAW dapat
terhindar dari segala yang megotorinya
Faktor yang paling utama perlunya dilakuakan penelitian ini, ada dua hal yaitu: pertama, karena beredarnya hadis palsu (manudhu) pada kalangan masyarakat; kedua hadis-hadis tidak ditulis secara resmi pada masa rasul SAW (berbeda dengan al-quran), sehinga penulisan hanya bersifat individul (tersebar di tangan pribadi sahabat) dan tidak meyeluruh.
Faktor yang paling utama perlunya dilakuakan penelitian ini, ada dua hal yaitu: pertama, karena beredarnya hadis palsu (manudhu) pada kalangan masyarakat; kedua hadis-hadis tidak ditulis secara resmi pada masa rasul SAW (berbeda dengan al-quran), sehinga penulisan hanya bersifat individul (tersebar di tangan pribadi sahabat) dan tidak meyeluruh.
3. Rawi
Rawi ialah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya). Bentuk jamaknya ruwah dan perbuatannya menyampaikan hadits tersebut dinamakan me-rawi (meriwayat)-kan hadits.
Contoh:
ļ»ļ»¦
ļŗļ»¢ļŗļ»ļ»¤ļŗ ļ»¤ļ»Øļ»“ļ»¦ļ»ļŗļŗļŗøļŗ ļŗ®ļ»ļ»² ļŗļ·² ļ»ļ»Øļ»¬ļŗ ļ»ļŗļ» ļŗļ»ļŗļŗ® ļŗ“ļ»® ļ» ļŗ ļ·² ļŗ¼ļ» ļ»ļ»¢ ļ»¤ļ»¦ ļŗļŗ¤ļŗŖļŗļ»ļ»² ļŗļ»¤ļŗļ»Øļŗ ļ®¬ļŗ¬ ļŗļ»¤ļŗļ» ļ»“ļŗ² ļ»¤ļ»Øļ»Ŗ
ļ»ļ®ļ»¢ļ»ļŗ®ļŗŖļ±.﴿ļ»¤ļ®
ļ»ļ»ļ»ļ»ļ»“ļ»Ŗ﴾
‘Warta dari umul
mukminin,’aisyah ra, ujurnya:’rasulallah saw telah bersabda:’barang siapa yang
mengada-adakan suatu yang bukan termasuk dalam urusan (agama) ku, maka ia
tertolak’.”
Kata rawi atau arawi, berati orang yang
meriwayatkan atau yang memberitakan hadits. Yang dimaksud dengan rawi ialah
orang yang merawikan/meriwayatkan, dan memindahkan hadits. Sebenarnya antara
sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang hampir sama. Sanad-sanad hadits
pada tiap-tiap thabaqah atau tingkatannya juga disebut para rawi. Begitu juga
setiap perawi pada tiap-tiap thabaqah-nya merupakan sanad bagi yabaqah
berikutnya. Akan tetapi yang membedakan kedua istilah diatas ialah, jika
dilihat dari dalam dua hal yaitu :
Pertama, dalam hal pembukuan hadits. Orang-orang yang menerima hadits kemudian mengumpulkanya dalam suatu kitab tadwin disebut dengan rawi. Dengan demikian perawi dapat disebutkan dengan mudawwin, kemudian orang-orang yang menerima hadits dan hanya meyampaikan kepada orang lain, tanpa membukukannya disebut sanad hadits. Berkaitan dengan ini dapat disebutkan bahwa setiap sanad adalah perawi pada setiap tabaqagnya, tetapi tdak setiap perawi disebut sanad hadits karena ada perawi yang langsung membekukanya.
Kedua, dalam penyebutan silsilah hadits, untuk susunan sanad, berbeda dengan peyebutan silsilah susunan rawi. Pada silsilah sanad, yang disebut sanad pertama adalah orang yang lasung meyampaikan hadits tersebut kepada penerimanya. Sedangkan pada rawi yang disebut rawi pertama ialah para sahabat Rasul SAW. Dengan demikian penyebutan silsilah antara kedua istilah ini merupakan sebaliknya. Artinya rawi pertama sanad terakhir dan sanad pertama adalah rawi terakhir. Untuk lebih memperjelas uraian tentang sanad, matan dan rawi di atas yang lebih lanjut pada hadits di bawah ini.
Pertama, dalam hal pembukuan hadits. Orang-orang yang menerima hadits kemudian mengumpulkanya dalam suatu kitab tadwin disebut dengan rawi. Dengan demikian perawi dapat disebutkan dengan mudawwin, kemudian orang-orang yang menerima hadits dan hanya meyampaikan kepada orang lain, tanpa membukukannya disebut sanad hadits. Berkaitan dengan ini dapat disebutkan bahwa setiap sanad adalah perawi pada setiap tabaqagnya, tetapi tdak setiap perawi disebut sanad hadits karena ada perawi yang langsung membekukanya.
Kedua, dalam penyebutan silsilah hadits, untuk susunan sanad, berbeda dengan peyebutan silsilah susunan rawi. Pada silsilah sanad, yang disebut sanad pertama adalah orang yang lasung meyampaikan hadits tersebut kepada penerimanya. Sedangkan pada rawi yang disebut rawi pertama ialah para sahabat Rasul SAW. Dengan demikian penyebutan silsilah antara kedua istilah ini merupakan sebaliknya. Artinya rawi pertama sanad terakhir dan sanad pertama adalah rawi terakhir. Untuk lebih memperjelas uraian tentang sanad, matan dan rawi di atas yang lebih lanjut pada hadits di bawah ini.
Abubakar bin Abi Syaibah dan Abukarib telah
menceritakan (hadits) kepada kami yang diterimanya dari al-A’masy dari umara
bin umair. Dari Abd ar-rahman bin yazi, dari Abdullah bin mas’ud katanya
:”Rasulullah SAW telah bersabda kepada kami: wahai sekalian pemuda barang siapa
yang sudah mampu untuk melakukan pernikaha, maka menikahlah, karena dengan menikah
itu (lebih dapat) menjaga kehormatan. Akan tetapi barang siapa yang belum mampu
melakukannya, baginya hendaklah berpuasa. Karena dengan berpuasa itu dapat
menahan hasrat seksual” (H.Ral-Bukhari dan muslim). Disini dapat kita jelaskan
bahwa:
dari nama Abu Bakar bin abi syaibah sampai dengan Abdullah bin mas’ud merupakan silsilah atau rangkaian /susunan orang-orang yang meyampaikan hadits. Itu semua adalah sanad hadits tersebut, yang juga sebagai jalan matan. Dan mulai kata “wahai sekalian pemuda sampai degan berpuasa dapat menahan hasrat seksual” adalah matan, materi atau lafaz hadits tersebut yang mengandung makna makna.
dari nama Abu Bakar bin abi syaibah sampai dengan Abdullah bin mas’ud merupakan silsilah atau rangkaian /susunan orang-orang yang meyampaikan hadits. Itu semua adalah sanad hadits tersebut, yang juga sebagai jalan matan. Dan mulai kata “wahai sekalian pemuda sampai degan berpuasa dapat menahan hasrat seksual” adalah matan, materi atau lafaz hadits tersebut yang mengandung makna makna.
Pengertian menurut bahasa :
Kata “takhrij” dari kata kharaja,yakharruju,yang secara bahasa mempunyai bermacam-macam arti. Menurut mahmud ath-tahhan,asal kata takhrij ialah;”berkumpulnya dua hal yang bertentangan dalam satu persoalan”.
Pengertian secara terminologi :
Menurut Mahmud ath-tahhan pegertian takhrij sebagai beikut :
“Petunjuk tentang tempat atau letak hadits pada sumber aslinya, yang diriwayatkan dengan menyebutkan sanadnya, kemudian di jelaskan martabat atau kedudukanya manakala di perlukan.
Menurut Mahmud ath-tahhan pegertian takhrij sebagai beikut :
“Petunjuk tentang tempat atau letak hadits pada sumber aslinya, yang diriwayatkan dengan menyebutkan sanadnya, kemudian di jelaskan martabat atau kedudukanya manakala di perlukan.
Berdasarkan definisi diatas, maka men-takhrij
berati melakukan dua hal :
Pertama, berusaha menemukan para penulis hadits itu sendiri dengan rangkaian silsilah sanad-nya.
Pertama, berusaha menemukan para penulis hadits itu sendiri dengan rangkaian silsilah sanad-nya.
kedua, memberikan penilaian kulitas hadits apakah hadits
tersebut itu shahih atau tida.
Ilmu thakrij merupakan bagian dari ilmu agama yang perlu dipelajari dan dikuasai, sebab di dalamnya dibicarakan tentang berbagai kaidah untuk megetahui darimana sumber hadits itu berasal, selain itu didalamnya ditemukan banyak kegunaan dan hasil yang diperoleh khususnya dalam menentukan kualitas sanad hadits.
Ilmu thakrij merupakan bagian dari ilmu agama yang perlu dipelajari dan dikuasai, sebab di dalamnya dibicarakan tentang berbagai kaidah untuk megetahui darimana sumber hadits itu berasal, selain itu didalamnya ditemukan banyak kegunaan dan hasil yang diperoleh khususnya dalam menentukan kualitas sanad hadits.
a. Gelar keahlian bagi imam hadits
Mengingat jasa dan usaha para ulama hadits yang sangat besar dalam upaya pembinaan dan pengembangan hadits, kepada mereka diberikan laqab atau gelar-gelar tertentu, baik itu mereka yang ada pada thabaqah pertama, kedua, ketika, dan seterusnya. Gelar itu antara lain ialah:
1. Al-muhaddits, merupakan gelar untuk ulama yang meguasai hadits, baik dari sudut ilmu riayah maupun di rayah, mampu membedakan hadits dha’if dari yang sahih, meguasai hadits-hadits yang mukthalif dan hallain yang berkaitan dengan ilmu hadis.
2. Amir al-mu’minin fi al-hadits,merupakan gelar bagi ulama ahli hadis termasyhur pada masanya, yang memiliki keistimewaan hafalan dan pegetahuan dalam bidang ilmu hadits (baik terhadap matan atau sanadnya). Gelar ini diberikan di antaranya kepada syu’bah bin al-hajjaj, sufyan ats-tsauri, ishak ibn ruhawaih, malik bin anas, ahmad bin hanbal, al-bukhari, ad-daruquthni, az zahabi, dan ibn hajar al-asqalani.
3. Al-hakim, merupakan gelar untuk ulama yang dapat meguasai seluruh hadits, baik dari sudut matan dan sanadnya jarh dan ta’dil-nya, maupun tariknya, ulama yang dapat gelar seperti ini, ialah Ibnu Dinar, Al-laits, dan Asy-syafi’i.
4. Al-Hujjah, merupakan gelar untuk ulama yang dapat menghafal sekitar 300.000 hadits beserta keadaan sanadnya. Diantara ulama yang mendapat gelar ini Muhammad ibn Abdullah ibn Amir.
5. Al-Hafizh merupakan gelar untuk ulama yang memiliki sifat-sifat seorang Muhaddits. Ulama yang dapat gelar Al-Hafizh adalah yang dapat menghafal dan menguasai 100.000 hadits, baik matan maupun sanadnya, meskipun dengan jalan sanad yang berbilang, juga mengetahui hadits sahih dan ilmu haditsnya. Menurut Al-Mizzi, gelar al-hafizh ialah untuk ulama yang kadar lupanya sedikit daripada yang ingatannya.
Selain gelar Al-Hafizh, ada juga gelar Hafizh Hujjah,dua gelar disatukan. Gelar ganda ini diberikan untuk ulama yang menguasai hadits lebih dari 100.000 sampai dengan 300.000 hadits.
b. Istilah-istilah kumpulan periwayat
Hadits-hadits yang diriwayatkan dan dihimpun oleh para mudawwin satu dengan yang lainya tidak sama , sehingga bisa jadi sesuatu hadits diriwayatkan oleh satu, dua, atau tiga perawi, bisa jadi pula hadits lainya hanya diriwayatkan oleh satu perawi.berkaitan dengan ini, maka muncul istilah-istilah atau sebutan–sebutan dalam periwayatan hadits antara lain:
1. akhrajahu
syaikhani: hadits tersebaut diriwayatkan oleh kedua perawi hadits (al-bukhari
dan muslim)
2. akhrajahu shalasah: hadits tersebut diriwayatkan oleh tiga perawi hadits(abu daud,at-turmidzi, dan an nasa’i)
3. akhrajahu arba’atun: hadits tersebut diriwayatkan oleh empat perawi (abu daud,at-turmidzi,an-nasa’i, dan ibn-majah)
4. akhrajahu khamsatun: hadits tersebut diriwayatkan oleh (abu daud, at-turmidzi, an-nasa’i,ibn majah, dan ahmad)
5. akhrajahu sit’tatun: hadits tersebut diriwayatkan oleh(al-bukhari,muslim,abu daud, at turmidzi, an nasa’i, dan ibnu majah)
6. akhrajahu sab’atun: hadits tersebut diriwayakan oleh(al-bukhari, muslim, abu-daud, at-turmidzi, an-nasai, ibn majah, ahmad)
7. akhrajahu jama’atan: hadits tersebut diriwayatkan oleh banyak ulama hadits.
2. akhrajahu shalasah: hadits tersebut diriwayatkan oleh tiga perawi hadits(abu daud,at-turmidzi, dan an nasa’i)
3. akhrajahu arba’atun: hadits tersebut diriwayatkan oleh empat perawi (abu daud,at-turmidzi,an-nasa’i, dan ibn-majah)
4. akhrajahu khamsatun: hadits tersebut diriwayatkan oleh (abu daud, at-turmidzi, an-nasa’i,ibn majah, dan ahmad)
5. akhrajahu sit’tatun: hadits tersebut diriwayatkan oleh(al-bukhari,muslim,abu daud, at turmidzi, an nasa’i, dan ibnu majah)
6. akhrajahu sab’atun: hadits tersebut diriwayakan oleh(al-bukhari, muslim, abu-daud, at-turmidzi, an-nasai, ibn majah, ahmad)
7. akhrajahu jama’atan: hadits tersebut diriwayatkan oleh banyak ulama hadits.
4. Rijalul
hadits
Rijalul
hadits ialah tokoh-tokoh terkemuka dalam bidang hadits yang diakui keabsahannya
dalam periwayatan hadits.
Ilmu rijalul
hadits yaitu :
ļ»ļ»ļ»¢ ļ»“ļŗļŗ¤ļŗ ļ»ļ»“ļ»Ŗ ļ»ļ»¦ ļŗ®ļ»®ļŗ ļŗ ļŗļ»ļŗ¤ļŗŖ ļ»“ļŗ ļ»¤ļ»¦ļŗļ»ļŗ¼ļŗ¤ļŗ ļŗļŗ ļ»®ļŗļ»ļŗļŗ ļŗļ»ļ»“ļ»¦
ļ»®ļ»¤ļ»¦ ļŗļ»ļŗŖ ļ®¬ļ»¢.
ilmu yang
membahas para perawi hadits, baik dari kalangan sahabat maupun tabiin dan orang-orang
(angkatan) sesudah mereka.
Study
tentang rijalul hadits pada dasarnya meliputi hal-hal antara lain :
- Namanya masing-masing, keadaan dan biografinya, laqak atau title dalam bidang hadits, seperti dabit,adil dsb.
- Guru-guru yang memberi atau menyampaikan hadits kepadanya.
- Murid-muridnya yang menerima hadits dari dia.
- Kedudukannya dalam ilmu hadits dan hasil karyanya dalam bidang hadits.
A. dari
kalangan
sahabat
B. dari kalangan tabiin
1) abu
hurairah
1) said idn al-musyyarab
2)
abdulallah bin
umar
2) urwah ibn zubair
3) annas bin
malik
3) nafi’ al– adawy
4) aisyah
4) al-hasan al-bashri
Dll……….
Dll………..
0 Response to "Pengertian Sanad, Matan, Rawi, Dan Rijalul Hadits"
Posting Komentar